Macam-macam Pekerjaan
Home »
Serba-serbi
» Macam-macam Pekerjaan
“Untuk bisa melakukan suatu hal dengan baik, maka kita harus menyukainya”
Tentu ini bukanlah konsep yang baru. Dan lantas kita tahu, secara riil tidaklah mudah untuk bisa seperti itu. Sebagian orang boleh jadi mendefinisikan kerjaan sebagai upaya pemberian kontribusi pada masyarakat, sekaligus untuk menjaga kelangsungan hidup. Tapi biar bgimanapun, kerjaan masih lebih terkesankan sebagai perihal yang tidak menyenangkan.
Well, yang namanya kerjaan emang butuh disiplin tinggi, karena hanya masalah2 berat saja yang bisa memberikan imbalan lumayan. Dan masalah2 berat itu -by nature- memang kurang menyenangkan untuk dihadapi, entah karena dia bikin stres, kecape’an atau yang lain. Jelas2 kita biasanya harus bisa memaksakan diri untuk menghadapinya.
Tidak perlu sok idealis & membohongi diri sendiri. Do what you love tidak lantas berarti mengerjakan apa2 yang bener2 disukai saat ini juga. Saya amat menyukai pekerjaan saya sekarang, dan bahkan berani mengklaim diri ini workaholic dalam menjalaninya. Tapi klo ditanya mana yang lebih nyenengin antara ngelembur nggarap kerjaan ama ngelembur main Gran Turismo 5 di PS3, ya jelas saya pilih aktivitas kedua :mrgreen: . Kebanyakan orang pasti juga akan lebih suka untuk berlibur atau nonton pilem2 di Indovision ketimbang ngelembur di kantor.
Do what you love bukan berarti melakukan apa2 yang kita senangi saat ini, melainkan apa2 yang bisa mbikin kita seneng dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Sampe seberapa jauh sih kita perlu menyukai pekerjaan kita?
Bagi saya, batasnya minimal adl sampe kita bisa menyukai pekerjaan melebihi aktivitas2 kesenangan yang ndak produktif (main game, nonton tipi, baca komik, u name it). Kita harus menyukai pekerjaan kita cukup sampe sampe konsepsi “waktu luang” menjadi keliru. Yang namanya waktu luang tu ndak ada. Yang ada tu hanyalah meluangkan waktu.
Bukan berarti seluruh waktu harus dipake kerja lho. Bisa gawat tuh. Klo kerja mulu, pasti ntar bakal KO suatu saat. Klo dah gitu, biasanya kita butuh apa2 yang bisa mbikin rileks & seger. Tapi aktivitas2 itu mbok ya jangan lantas dianggep sbg hadiah, sementara waktu2 yang kita habiskan utk kerja dianggap sbg rasa sakit & penat yang harus kita rasakan untuk ngedapetin hadiah itu.
Sama seperti tidur yang seharusnya dianggap lebih sebagai kebutuhan ketimbang tujuan, maka rekreasi, ngegame, liat tipi segala macem sebaiknya dianggep sbg kebutuhan utk mbikin kita kembali produktif dlm bekerja.
Kerjaan sendiri harus (bukan sekedar sebaiknya) jadi perihal yang kita senang utk lakukan. Karena klo nggak gitu, biasanya kita akan menghadapi sikap males & suka menunda-nunda. Klo dah gitu, kita harus berjuang keras utk memaksa diri agar bisa kembali kerja & produktif. Entah untuk start-up business atau bukan, dampaknya sama aja; output kerjaannya jadi ndak memuaskan.
Untuk cari kerjaan yang kita sukai tu bisa jadi ndak gampang emang. Kadang udah nemu, tapi uangnya dikit banget dlm jangka pendek. Pdhl segera butuh aliran uang. Apapun, ini adl upaya yang butuh diseriusi bener2.
Ada tips untuk ini sebenernya;
Cari aja kerjaan yang kita bahkan bersedia utk ndak dibayar dlm menjalaninyaCoba pikirin deh, apa pekerjaan yang kita sedemikian pengen jalani, meskipun harus melakukan pekerjaan lain untuk menghidupi diri. Terkesan ekstrim? Tapi ya begitulah menurut saya. Dalam upaya pencarian, tanyakan juga, apakah pekerjaan2 yang kita ndak harus memaksa diri kita sedemikian keras untuk mengerjakan & menjalaninya.
Beberapa orang ‘beruntung’; mereka telah menemukan apa2 yang mereka bener2 ingin lakukan sejak kecil. Banyak orang2 hebat -para atlit profesional, penyanyi, penulis novel- yang modelnya spt ini. Entah bagaimana dg Anda, tapi klo saya bukan spt mereka. Saya bukanlah orang yang sejak kecil sudah berkomitmen utk menjalani karier & peran tertentu. Saya masih harus menjalani beragam pengalaman & beberapa jenis kerjaan; kayak ping-pong. Jika Anda juga spt saya, maka kemampuan membaca jejak kompetensi amatlah penting.
Yang jelas, dalam upaya pencarian itu, kita tetep harus berdisiplin, produktif & terus tunjukkan hasil2 terbaik. Termasuk klo kita harus terlebih dahulu menjalani pekerjaan yang tidak bener2 kita sukai utk sementara waktu. Gimana gimana, mentalitas kerja keras, cerdas & tuntas harus tetap dipertahankan & dimatangkan di setiap kerja yang kita jalani.
Kita ndak seharusnya khawatir tentang prestise, pendapat orang kebanyakan. Prestise adl semacam magnet yang bisa mendikte apa2 yang kita bisa nikmati. Dia bisa mbikin kita bekerja bukan pada pekerjaan yang kita sukai, tapi apa yang kita pikir bisa mbikin kita disukai. Daripada mikirin apa kata orang lain, mending kita pilih kerjaan yang kita anggep keren. Beneran.
Jika kita sudah menemukan kerjaan yang bener2 mbikin kita seneng, maka ada tiga pilihan. Pertama; jalani kerjaan itu meskipun di awal2 uangnya seret. Toh ktk kerjaan itu emg bener kita sukai, kompetensi pasti akan cepat meningkat, dan uang pun lantas akan mengikuti dg sendirinya. Dari pengalaman pribadi, jalan ini cukup pelan & penuh ketidakpastian. Dan ini jugalah yg sampe skr masih saya masih jalani.
Sementara itu, cara kedua adl mengerjakan apa2 yang kita sebenernya ndak begitu suka agar bisa lakukan apa2 yang kita emg bener2 pengen lakukan. Bisa kerja ndobel, bersamaan, atau yang ketiga; nunggu sampe tabungan cukup dulu, trus baru full di kerjaan favorit. Risiko juga ada; stamina fisik & pikiran bener2 diperas, ndak bisa fokus sehingga hasil kurang optimal, dan rawan terjebak di zona nyaman krn gaji rutin yang biasa didapet. Belum lagi mengingat semakin bertambah umur kita, stamina fisik malah makin menurun.
Mana yang mo dipilih, itu pilihan Anda :-P
sumber :semangatbelajar.com, web ahmad guntar
0 komentar:
Posting Komentar